Tidak hanya sekali, dua kali, bahkan sering kali perselingkuhan dilakukan mereka tanpa kenal waktu. Bukan hanya di Jakarta sering dilakukan mereka, setiap kali aku berangkat kerja. Juga diluar kota dengan berbagai alasannya.

Tanpa berpikir buruk atau curiga, kuturuti keinginannya berlibur sendiri, atau beralasan menjenguk keluarganya diluar kota.
Aku siapkan hotel dan pesawatnya. Agar Mirah tidak dipusingkan selama diluar kota. Termasuk aku berikan uang tambahan, tanpa mengusik uang bulanan yang diterimanya selama ini.

Tidak kusangka sebegitu bejatnya Mirah. Tidak terpikir dalam benak pikirannya, bagaimana susah payah aku mencari uang membahagiakan dirinya dan anak-anak.

Justru kepolosanku menjadi celahnya berbuat dosa besar. Semua itu baru kuketahui, setelah kami cerai. Tanpa sengaja tetangga berbagi cerita tentang Mirah. Bagaimana bejadnya Mirah selama menjadi istriku.

Istri sering minta cerai

Sebulan setelah cerai, Bu Rosma – biasa kusapa tetangga itu, menceritakan pengkhianatan Mirah selama ini. Dia sendiri menyaksikan Mirah dan selingkuhannya bertemu.

Kutanggapi santai seluruh penjelasan bu Rosma. Karena bagiku semua sudah berakhir. Apalagi hakim sudah ketok palu memutuskan perceraian kami.

Sengaja Mirah kuminta gugat cerai. Agar semua kesepakatan cerai berjalan mulus. Aku minta Mirah terserah mengarang ceritanya, agar aku membenarkan tuduhannya itu.

Aku terpaksa menceraikan Mirah. Setelah Mirah berulangkali ingin pisah denganku. Alasannya karena aku terlalu sibuk, sehingga tidak sanggup untuknya bersuamikan aku.

Begitupun tanggungjawab memberi uang ke Mirah tetap kulakukan. Termasuk uang buat anak-anak. Aku tindak ingin melihatnya susah setelah kami bercerai.

Begitu juga rumah yang selama ini kami, kuberikan pada Mirah. Sedangk rumah lain yang kubeli, buat dua anak kami yang sudah beranjak dewasa. Mereka ingin mandiri, dan tidak ikut aku maupun ibunya.

Didekati bawahan

Sengaja aku memilih meninggalkan rumah. Dan tidak menempati salah satu rumah. Atau tinggal dengan anak, misalnya. Lebih baik aku menyendiri. Tinggal di tempat kost tidak jauh dari tempatku bekerja.

Salah satu staf bawahanku, sepertinya memahami cobaan yang kurasakan. Dia tahu kalau aku bercerai. Entah darimana didapatkan informasi tentangku bercerai dari Mirah.

Padahal aku tidak pernah bercerita telah bercerai dengannya. Apakagi menceritakan penyebab perceraianku dengan Mirah.

Santi berupaya mengambil hatiku. Staf bawahanku itu, misalnya selalu menyiapkan makan siang di meja kerjaku. Atau minta diantar olehku pulang usai kerja.

Pikiranku belum siap kembali berumahtangga. Masih terbayang pertemuan dan perceraianku dengan Mirah. Terbayang tindakan kasar mulutnya padaku setiap kali marah.

Terbayang perlakuan kasarnya secara fisik acapkali dilakukan Mirah. Bekas cakaran kukunya diwajahku, masih membekas bagaimana bukti perangai kasarnya itu.

Masih anggap sebagai istri

Setahun berlalu, Mirah mengusik kehidupanku. Seolah Mirah merasa masih sebagai istriku. Dianggap percerainku dengannya tidak ada.

Seolah tanpa beban, Mirah seenaknya datang setiap hari ke rumah anak-anak. Makan seenaknya. Padahal aku sengaja menyiapkan makanan dan kebutuhan hari hari untuk anak-anak.

Caranya itu membuatku jijik. Bahkan semakin jijik dengannya, mengaku pada tetangga sekitar rumah anakku, bahwa dirinya masih istriku.

Padahal dia sudah menikah siri dengan selingkuhannya bernama Robi. Setelah itu, mereka tinggal di Surabaya.

Aku tidak tahu benar tidaknya. Ada info yang kuperoleh, kalau Mirah tidak lagi bersama Robi. Bahkan sumber yang dapat kupercaya, Mirah sudah cerai dengan Robi. Karena Robi masih punya istri dan tidak mau menceraikan istri pertamanya.

Energi pikiranku selalu terkuras dengan cara-caranya. Sampai detik ini, Mirah selalu mengganggu hidupku. Apa yang harus kuperbuat ?

Buka : Kisah nyata dari sisi Wanita

diceritakan Aan di Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here