Bahaya Memprovokasi dan Pentingnya Menjaga Keharmonisan Sosial dalam Islam

0
74

Bahaya memprovokasi atau mengadu domba (tahrisy) sebagai tindakan yang tidak hanya merusak hubungan sosial tetapi juga menjadi dosa besar dalam Islam.

Mengadu domba dinilai lebih buruk daripada sihir karena efek destruktifnya yang dapat menghancurkan keharmonisan dan persatuan umat.

Dilandasi oleh ajaran Al-Qur’an dan hadis, materi ini mengingatkan pentingnya menjaga lisan agar tidak menjadi sumber kerusakan.

Yahya bin Aktsam berkata “orang yang mengadu domba kebih buruk dari penyihir, karena dalam sehari dia bisa mengetahui sesuatu yang oleh penyihir tidak bisa diketahui dalam sebulan”

dalam buku Ar-Raudhah disebutkan bahwa mengadu domba termasuk dalam kategori dosa besar. Sementara menggunjing termasuk dalam kategori dosa kecil.

Rasulullah bersabda, “Seseorang yang mengadu domba tidak akan masuk surga.”

Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Siapa pun yang meninggal setelah bertaubat dari menggunjing, maka ia adalah orang terakhir yang masuk surga. tetapi siapa pun yang meninggal masih dalam keadaan menggunjing, maka ia adalah orang pertama yang masuk neraka.”

Rasulullah juga bersabda, “siapa yang menahan lidahnya dari membicarakan kekurangan orang lain, maka Allah akan menghapus keburukannya pada hari kiamat.”

Kisah ini menegaskan bahwa mengadu domba merupakan dosa besar yang merusak hubungan sosial dan menjadi penghalang masuk surga. Sementara menggunjing, meskipun dosa kecil, tetap membawa konsekuensi berat jika tidak diiringi taubat.

Rasulullah SAW mengingatkan pentingnya menjaga lisan agar tidak membicarakan kekurangan orang lain, karena hal ini dapat menghapus keburukan di akhirat.

Selain itu, Allah memberikan peluang bagi setiap hamba untuk bertaubat dari dosa-dosa tersebut, menunjukkan bahwa rahmat-Nya selalu terbuka bagi mereka yang menyesal dan memperbaiki diri.

Dalam Al-Quran, Allah menceritakan tentang bencana yang dikirim kepada Firaun dan rakyatnya selama bertahun-tahun. Mereka mengalami masa kering yang mengakibatkan tanah tidak bisa ditanami dan tidak ada susu hewan yang bisa diambil.

Kekeringan ini menjadi suatu pelajaran bagi Firaun dan rakyatnya, namun mereka tetap tidak merasa takut dan terus berada dalam kekufuran dan penolakan.

Saat kebaikan datang menghampiri mereka, mereka segera menunjukkan kesombongan. Mereka mengklaim bahwa semua itu adalah hasil usaha mereka sendiri.

Salah satu kisah yang menarik adalah kisah Nabi Musa AS yang memohon hujan untuk Bani Israil. Allah tidak mengabulkan doanya karena ada seorang pelaku adu domba di antara mereka. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan ini tidak hanya merusak di dunia, tetapi juga menjadi penghalang bagi rahmat Allah.

Setelah Bani Israil bertobat, Allah pun menurunkan hujan, bahkan menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menumbuhkan tanaman di tengah api.

Ka’ab al-Ahbar mengisahkan; Nabi Musa pernah memohonkan hujan untuk bani Israil. Tetapi kemudian Allah mewahyukan. “Sesungguhnya Aku tidak mengabulkan keinginan kalian, karena di antara kalian ada laki-laki yang suka mengadu domba.”

Nabi Musa meminta, “Wahai Tuhan, jelaskan siapa orang itu kepada kami.” Allah menjawab, “Wahai Musa, aku melarang adu domba kepada kalian, lalu apakah sekarang aku pantas melakukan adu domba?” .

Maka mereka bertobat, dan hujan pun turun dengan izin Allah. Setelah itu, tanaman tumbuhan tanpa tangkai. Mereka kembali mengadu kepada Allah.

Dan, Allah berfirman “Wahai Musa, mereka meminta hujan kepada-Ku tanpa dibarengi meminta rezeki. Wahai musa , nyalakanlah tungku perapian, lalu lemparkan benih ke dalamnya.”

Tiba-tiba, gandum tumbuh dengan memiliki tangkai di tengah-tengah api. Allah berfirman, “Lihatlah, wahai Musa, inilah diantara kekuasaan-Ku . Aku bisa menumbuhkan tanaman di tengah-tengah api yang menyala, dan aku tidak harus menumbuhkanya di tengah-tengah air”

Orang-orang yang gemar mengadu domba orang lain tidak akan masuk surga, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dari Hudzaifah bin Al Yamani ra,
لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ

“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” -HR. Muslim-

Mengadu domba (tahrisy) merupakan dosa besar yang dampaknya lebih buruk daripada sihir, karena dapat menghancurkan keharmonisan umat manusia dan menjadi penghalang rahmat Allah.

Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lisan dan menghindari perkataan yang merusak. Tindakan ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

Melalui kisah Nabi Musa AS, kita diingatkan bahwa keberkahan dan rahmat Allah hanya datang kepada mereka yang bertobat dan menjauhkan diri dari perilaku negatif.

Sebagai umat Muslim, kita dituntut untuk selalu menjaga persaudaraan, menghindari provokasi, dan memperbaiki diri demi kehidupan yang penuh berkah dan ridha Allah.

Penulis : Nabila Elvana

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here